Sensasi Politisi ‘ Seranjang ‘ di Pileg 2024

Bagikan:

MEDIANTANEWS

MAKALE, – Menikmati kebahagian sejumlah pasangan suami istri berlanjut hingga ke panggung politik. Maju jadi caleg pun dirasakan jadi sensasi dan kemesraan tersendiri bagi beberapa politisi asal Toraja . Meski hal itu dianggap aktifis dan pemerhati demokrasi sebagai fenomena politik kekerabatan.

Pasutri yang maju caleg di Toraja Utara dan Tana Toraja ada yang gagal juga ada sukses hasil lain belum ada yang awet untuk bisa meraih prestasi berlanjur pada periode berikutnya.

Mereka pernah gagal adalah pasutri Alexander Rantetondok dan Katrina ( anggota DPRD Torut 2014 – 2019), Andarias Tadan tetap terpilih namun istrinya Selmi Sattu gagal kembali duduk pada pileg 2019 lalu. Yang sukses justri pasutri Ezra Lamban jadi anggota DPRD Sulsel dan Sarce Bandaso juga terpilih anggota DPR RI.

Fenomena pasangan seranjang maju itu, dikutip dari Republik ( 21/8) salahsatu media terbitan ibukota , oleh Lucya Korus ketua Forum Masyarakat Peduli Parlemen menyebut itu fenonema bentuk politik kekerabatan yang berpotensi merusak demokrasi.

Tak hanya itu , kata dia, pula akan berdampak pada sulitnya kontrol karena mereka itu semua punya hubungan kekerabatan dari partainya. Termasuk soal kaderisasi.

Dari DCS bacaleg nama – nama yang terjariang sebagai pasutri, Rosia Rinto Kadang ( caleg DPRD Sulsel ) dengan istrinya Eva Stevany Rataba ( caleg DPR RI ), Sarce Bandaso ( caleg DPR RI ) dengan suaminya ( Ezra Lamban ( caleg DPRD Sulsel ).

Menariknya , baik Rinto maupun Ezra sama-sama mendorong istri diatasnya untuk jadi caleg DPR RI di dapil Sulsel III.

Berikut Kristian HP Lambe ( caleg DPRD Sulsel ) dengan istrinya Merda Mangayun ( caleg DPRD Tana Toraja ) dan Andarias Tadan ( caleg DPRD Tana Toraja ) dan istrinya Selmi Sattu ( caleg DPRD Tana Toraja ).

Menanggapi fenomena ini, Kristian menampik kalau itu akan mencederai demokrasi dan tidak melanggar aturan.Tidak dilarang oleh UU, soal peluang semua bacaleg sama tergantung kerja – kerja politik yang dijalankan.

” Ini soal peluang, dan tidak melanggar aturan, keterpilihan itu semua ditentukan oleh cara dan strategi, soal pengawasan kontrol dari partai semua pihak harus taat dengan kebijakan sesuai partainya, ” ujar Kristian sosiolog dan peneliti politik Toraja, Kamis 21 September.

( * / fred )


Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses