Pemilu Berhasil Buat Rakyat’ Berpesta’ di Toraja

Bagikan:

MEDIANTANEWS

MAKALE, – Suasana jelang Pemilu dilaksanakan hingga pencoblosan Rabu 14 Pebruari 2024 benar- benar jadi ajang dan berubah jadi pesta rakyat. Hebatnya lagi, efeknya sampai memengaruhi arus balik dari luar pulang datang ke Toraja.

Sayangnya itu bukan pesta yang sesungguhnya tetapi euforia menikmati belanja politik yang berujung pada makna dan nilai tiada arti. Hal itu cukup menggejala baik Tana Toraja maupun Toraja Utara

Rakyat larut dengan pesta pora. Berbagai tempat dan rumah- rumah jadi ramai. Disana-sini selama tiga hari saat masa tenang justru dimanfaatkan jadi acara senang-senang dengan kumpul- kumpul layaknya sebuah acara. Efek itu menulari gerai pulsa dan lapak selular lainnya, ATM dan jasa BRilink , pasar dan rumah makan mendadak ramai dan dipadati warga, ada apa.

Tak ubahnya perayaan ahir tahun, pesta demokrasi, jadi ajang luapan kesenangan menikmati perputaran belanja politik para kontestan pemilu. Pesta itu akan bakal berlanjut pada perayaan penyambutan kemenangan – kemenabgan para caleg dan tim suksesnya.

” Ini satu minggu terahir hampir- hampir saya kewalahan melayani pencairan sangat beda dengan hari biasa, ujar seorang pemilik jasa transaksi online.

Sosiolog , penulis buku Politik Toraja , dosen pascasarjana UKI Paulus Makasar Dr. Kristian HP Lambe mengatakan gejala itu sebagai bentuk perarakan dan perayaan semu yang tak punya nilai . Rakyat keluar dari masa pandemi memanfaatkan hal itu, namun disayangkan kalau mereka terlibat dalam praktek transaksi pasar politik uang pemilu.

Dan kata dia , tak bisa disembunyikan lagi, kebiasaan buruk demokrasi dengan transaksi politik uang masih saja terjadi dalam pemilu kali ini. Karena itu Dr Kristian berharap, perayaan itu harusnya menjadi kesempatan pertobatan dan pengakuan kesalahan. Kepada pelakunya yangg telah melukai dan mencederai demokrasi untuk segera sadar diri.

Dalam hubungan dengan budaya Toraja, pesta itu hanya dua acara kematian dan acara syukuran semua itu kata dia pasti ada nilai dan makna.

” Euforia ini yang harusnya disadari bahwa kalau itu yang dipakai adalah penggadaian suara mereka dengan praktek politik uang maka pesta itu gagal, dan itu budaya, kita tapi kalau itu bukan saya kira itu bentuk kegembiraan kita, bahwa pemilu harus disambut dengan sukacita, damai , jujur dan adil, ” katanya, Rabu 14 Pebruari 2024.

Apapun hasil pemilu khususnya pileg 2024 itu, semuanya sudah telanjur, dan akan segera diketahui. Melihat fenomena dan gejala itu di Toraja, guna mendapat hasil demokrasi yang mendekati ideal, sebaiknya aturan pemilu ditinjau serta mempertimbangkan kembali untuk menata demokrasi yang memuliakan rakyat dan sistim tertutup pada pileg mendatang.

( * / fred )


Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses