MEDIANTANEWS
Makale, – Kasus sengketa hukum berujung dengan tindakan eksekusi yang berdampak hingga dirobohkannya sejumlah rumah adat di Toraja Utara dan Tana Toraja kini mulai menimbulkan kecemasan dan kerisauan sejumlah pihak. Situasinya disebut darurat karena kian.merambah di sejumlah tempat dan pula dinilai sebagai bentuk penceraan terhadat harkat dan martabat sdat dan budaya Toraja.
Hindari rusaknya lambang dan identitas adat budaya Toraja akibat eksekusi hukum, pemerhati budaya Toraja minta agar pemkab Tana Toraja dan Toraj Utara bersama DPRD dengan melibatkan semua unsur tokoh di dalam luar Toraja untuk menggelar pertemuan adat atau Kombongan Kalua’ .
Eksekusi hukum pada sejumlah rumah adat itu dinilai bakal jadi preseden buruk terhadap penghargaan norma dan harkat adat budaya Toraja selama ini sangat dijunjung tinggi oleh kalangan warga Toraja.
Makin maraknya masalah sengketa yang berujung hingga dirobohkannnya rumah adat termasuk beberapa alang ( lumbung ) bagi banyak pihak termasuk para pemerhati budaya menyebut situasinya Toraja sedang dalam darurat adat dan budaya.
Ada ancaman serius yang sedang dihadapi oleh adat dan budaya yang membuat daerah ini kehilangan pamor untuk dihargai , dihormati dan dikagumi hingga ke mancanegara.
Kejadian miris atas eksekusi hukum terhadap rumah adat Toraja baru- baru ini dilakukan antara pihak yang bertikai di To Ronbi , Balusu Toraja Utara. Sebelumnya kasus yang sama terjadi di Makale Utara Tana Toraja dan beberapa tempat sebelumnya. Dan ada kabar lagi proses eksekusi itu masih akan berlanjut di beberaps tempat lagi yang sasarannya adalah rumah adat dan lumbung.
Tak hanya menyisahkan kerugian material tetapi juga makin memperburuk keberadaan rumah adat Toraja yang selama ini dikenal luas sebagai tongkonan ( ada jenis dan tingkatan.red ) jadi jadi identitas dan bernilai budaya yang sangat sakral, sangat dihormati dan dihargai.
Tokoh dan pemerhati budaya Toraja Sismay Eliata Tulungallo salah seorang pemerhati dan penggiat budaya Toraja berharap pemerintah di dua kabupaten ini bersama DPRD untuk tidak tinggal diam. Tidak perlu lagi ada salah menyalahkan, makin dibiarkan makin memperburuk situasi , konflik sosial lantaran maraknya sengketa yang berujung pada korbannya situs- situs budaya dan adat salahnya satunya adalah rumah Tongkoban ( rumah adat Toraja.red ).
” Hukum positif tetap kita hormati tetapi kearifan.lokal harga mati untuk tetap harus dihargai, adat dan budaya Toraja kita dikenal dunia bahkan tidak ada samanya di dunia, ini harus dijaga, guna tidak timbulnya masalah hukum yang berdampak pada rusahnya nilai dan identitas adat dan udaya Toraja, segera gelar pertemuan adat atau kombongan, ” ungkap Sismay kepada media ini, Selasa 30 September 2025.
Libatkan semua tokoh termasuk dari luar Toraja untuk duduk bersama merumuskan jalan keluar dan solusi akibat pertikaian dan proses sengketa hukum yang berdampak pada korbannya sejumlah rumah adat Toraja.
” Tidak perlu lagi mencari siapa yang salah, yang salah mereka yang bertikai, upaya mediasi sebaiknya diketahui oleh pemda , dan harus ada jalan keluar khusysnya yang terkait dengan adat dan budaya Toraja, ini identitas dan simbol adat dan budaya Toraja itu ada di Tongkonan, tolong segera diselamatkan , ” tegasnya.
( * / fred )














