MEDIANTANEWS
MAKALE, – Komitmen kokoh dan serius tetap jadi pilihan para jurnalis Toraja terhadap program dan kegiatan inklusi guna menggagas Tana Toraja menjadi daerah yang ramah disabilitas dapat terwujud .
Komitmen tersebut dibuktikan dengan kehadiran dan antusias mereka dalam acara diskusi Mengubah dengan Berita, Tana Toraja yang Inklusi dan ramah disabilitas di cafe Ayam Penyet Makale, Senin 4 Agustus 2025. Dua puluh jurnalis dari berbagai media hadir dalam acara tersebut.
Kegiatan yang difasilitas oleh Yayasan Eran Sangbure Mayang ( YESMa ) dengan Forum Media Inklusi Toraja melalui program Inklusi – BaKTI.
Selama kurang lebih lima tahun perjalanan program Inklusi capain dan hasilnya pun kegiatannya semuannya tak terlepas dari peran para jurnalis yang menyatakan dedikasinya untuk penuh program Inklusi – BaKTI .
Diskusi berlangsung seru dan dinamis yang menampilkan Frederich Suselisu mantan jurnalis Harian Fajar kini jadi pemimpin redaksi media ini selaku narasumber yang sebagai ketua Forum Media Toraja .
Sejumlah masalah dan isu mencuat pada sesi tanya jawab. Tak hanya terkait perhatian dan pemberdayaan disabilitas , anak dan kekerasan perempuan tetapi juga soal maraknya kasus dan kesenjangan sosial yang terjadi.
” Diskusinya berlangsung dinamis, tujuan kita untuk merefresh semangat, kapasitas serta sikap dalam tugas dan kerja- kerja Jurnalis dan peran media untuk tetap memiliki kepekaan, pandangan serta berpihak pada isu – isu inklusi, berpihak pada perjuangan pemberdayaan disabilitas, menekan angka kekerasan anak dan perempuan serta mendorong peran pemerintah untuk menghadirkan kesetaraan layanan pembangunan, ” jelas Frederich.
Jurnalis Kareba Arsyad Parende berharap diskusi tersebut sekaligus menjadi forum evaluasi dan penguatan kapasitas mereka dalam menjalankan peran media untuk mendukung program Inklusi di Tana Toraja .
Matias Koordinator Program Inklusi – BaKTI menyatakan penghargaan dan apresiasinya kepada para jurnalis Tana Toraja atas perhatian dan sikap mereka untuk menjadikan kegiatan program Inklusi serta memilih isu-isu soal kekerasan anak dan perempuan, dan masalah kesenjangan sosial lainnya sebaik topik dan buruan pemberitaan .
” Ini sangat luar biasa dimana hasil- hasil pemberitaan selama ini menjadi informasi untuk mendapat peerhatian dan tindakan, bahkan paling tidak hasil-hasil kegiatan pemberitaan selama ini telah merubah dan mengajak untuk menjadikan Tana Toraja sebagai kabupaten yang inklusi dan ramah disabilitas, ” jelasnya.
Sesi diskusi tersebut juga dihadiri oleh Lenynda Tondok program officer Inklusi – BaKTI dan Welem Salasa Direktur YESMa yang sekaligus menutup kegiatan tersebut.
( rls / redaksi )