Penjor Menyentuh Langit : Elegi Galungan di Tomoni Timur

Bagikan:

LAPORAN YULI ; TOMONI TIMUR, MEDIANTANEWS

LUWU TIMUR, TOMONI TIMUR,- ​Di bawah kanvas biru yang dibelah awan putih tipis, jalanan aspal di Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur, seolah bertransformasi menjadi galeri seni sakral. Bukan barisan tiang listrik yang menarik mata, melainkan lengkungan anggun dari Penjor, yang berjejer menghiasi setiap lorong dan jalan utama desa. Inilah Hari Raya Galungan, dan Tomoni Timur sedang mengenakan busana terbaiknya.



​Penjor, si bambu melengkung yang menjulang, bukanlah sekadar hiasan. Ia adalah simbol Gunung Agung, manifestasi dari kemakmuran dan persembahan tulus kepada Bhatara (Tuhan dalam manifestasinya). Pucuknya yang melambai, dihiasi janur kuning keemasan, bak pena raksasa yang menuliskan doa dan harapan ke langit. Mereka berdiri tegak, namun tunduk di ujungnya, sebuah paradoks visual yang menyiratkan kerendahan hati di tengah kemegahan spiritual.

​Di setiap sudut desa, diapit rimbunnya pohon kelapa yang menjadi saksi bisu, Penjor-penjor ini memancarkan aura magis. Sinar mentari pagi memantul dari hiasan padi, tebu, dan hasil bumi lainnya yang terikat rapi, menceritakan kisah tentang kesuburan tanah Luwu Timur yang menyambut perayaan Dharma.

​Menyusuri jalanan yang teduh, setiap Penjor seolah menjadi portal ke dimensi spiritual. Mereka bukan hanya pemanis visual, melainkan elegansi dari sebuah kemenangan. Kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma (kejahatan). Jalanan yang semula hening, kini bernyanyi dalam keheningan yang agung. Setiap lekuk Penjor adalah metafora, bahwa dalam hidup, kita harus selalu menjulang tinggi menuju cita-cita luhur, namun tak pernah lupa untuk menunduk dan bersyukur atas segala anugerah yang telah diterima.

​Maka, tatkala angin sepoi-sepoi menerpa dan membuat hiasan janur bergemerisik, itu bukanlah sekadar bunyi. Itu adalah bisikan tradisi, puisi alam, dan janji suci yang terus dihidupkan oleh umat Hindu di Tomoni Timur. Mereka telah menyentuh langit dengan bambu, dan memenuhi bumi dengan makna. Galungan di Tomoni Timur bukan hanya perayaan, ia adalah perenungan dalam keindahan. (#)

( yul utim / redaksi )


Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses