Caleg DPR RI Melawan Pakai ‘Tangan Kosong’, Peraih Kursi Makin Sulit Ditebak

Bagikan:

MEDIANTANEWS

MAKALE, – Memasuki masa tenang pemilu 14 Pebruari 2024 gejala awal pergerakan para caleg DPR RI dapil Sulsel 3 tak terbukti dari apa yang pemilih nantikan. Rayuan para caleg untuk membagikan sesuatu dalam meraih dukungan itu tak ada, kalaupun ada sudah tak seperti yang angan-angan pemilih atau para pendukungnya.

Sikap pragmatis pemilih untuk mendukung caleg DPR RI pupus lantaran sisa ahir kampanye mereka tak jauh bak pertempuran, caleg DPR RI sebagian besar melawan dan menggunakan ‘ tangan kosong’ alias hampa dari harapan janji atau ikatan yang sifatnya transaksional sebelumnya untuk merebut kursi.

Asa pemilih penunggu serangan dan siraman ‘ BLT ‘ buyar , para caleg mengeksekusi suara dengan hati nurani.Jauh dari harapan mereka sebelumnya.

Sebab bukan rahasia lagi , istilah ‘ ada uang ada suara’ dan bentuk lain ternyata para caleg ‘purak- purak kompak’ tak melakukan itu, memang banyak pemilih yang gigit jari dari ujaran ‘ serangan fajar ‘ tapi itu kenyataan ahir dan gejala yang terjadi disisa lima hari menuju pencoblisan pemilu. Meski diantara caleg itu masih tetap membagikan sesuatu bagi merayu pemilih. Toh , kalau ada yang baru mau coba-coba melakukan itu, sudah tak berarti lagi, karena mereka juga telanjur terberai berantakan lantaran meraha merasa di ‘ PHP ‘ alias diberi harapan palsu.

Perang terbuka antar caleg DPR RI dengan tangan hampa itu kian menguntungkan figur yang mengakar serta memiliki kedekatan wilayah serta punya kemampuan , berdaya pikir serta unsur kepercayaan yang kuat dari pemilih. Hasilnya prediksi nama yang bakal meraih kursi makin buram untuk ditebak.

Sosiolog penulis politik buku dan pengamat politik Toraja Dr. Kristian HP Lambe, kondisi tersebut melahirkan istilah caleg kembung. Tadinya jadi unggulan karena dibayangkan punya dukungan pemilih yang sudah banyak ternyata isinya itu para penunggu ‘ serangan ‘ ikatan berapa uang atau barang untuk memberikan suara. Data dari tim berantakan dan tak bisa dipercaya .

Kata Kristian , gejala ini juga karena para caleg DPR RI saling intip, untuk mengetahui pola dan apa yang mereka gunakan, besarnya atau jumlah ikatan dukungan . Dan hal tersebut jadi ancaman bagi caleg yang selama ini tim dan relawannya mengelukkan jagoan calegnya dengan janji atau bentuk traksaksi lain dalam menggalang dukungan pemilih .

” Ini gejala ahir, kemungkinan juga, karena sikap saling percaya antara caleg dengan tim jadi hilang, banyak tim yang jadi bubar, mengamankan suara diahir jelang pemu jadi rontok, ancama ini akan terasa bagi caleg yang jadi kandidat penjanji serta pemberi dan akkan melakukan ikatan ikatal elektabilitas dengan pemilih, bukan ikatan keyakinan untuk janji kesejahteraan dan tawaran ide yang masuk di hati pikiran pemilih, ini gejala yang terjadi di Toraja, ” jelas Kristian dosen tetap pasca sarjana UKI Paulus Makasar, Jumat 8 Pebruari 2024.

Memang tak bisa disembunyikan sudah ada beberapa yang sudah mengeksekusi janjinya namun rupanya diantara para caleg lain itu sama sekali tak bisa memenuhi asa politik pendukung dengan tetap menunggu siraman ‘ BLT’ .

Fenomena ini kalau benar terjadi, menurut Dr Kristian maka arena pileg DPR RI akan jadi tempat aduan ide dan gagasan , serta kemampuan antar antara caleg DPR RI. Pemilu yang dilakukan dengan semangat kegembiraan harus mengasilkan produk yang membahagiakan rakyat dengan lahirnya pemimpin dan wakil rakyat yang bermutu.

” Fenomena ini biar dan itu yang terjadi, saya berharap begitu, artinnya babak ahir kontestasi para caleg DPR RI saringan adalah kwalitas serta kemampuan sebab jika dibiarkan dengan hal- hal pragmatis, maka pemilu kita akan menghasilkan legislator gagal yang nantinya akan malas mengurus rakyat biarkan ini terjadi, seleksi pilihan kita betul-betul yang bermutu, bukan praduk gagal karena terpilih dengan cara beli suara, ” harapnya.

( * / fred )


Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses